Kamis, 07 November 2019

Stuktur teks biografi

Struktur teks biografi terdiri dari orientasi, peristiwa dan masalah, serta reorientasi. Orientasi berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku di dalam teks biografi. Peristiwa atau kejadian berisi penjelasan yang berisi peristiwa-peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh tokoh, termasuk masalah yang dihadapinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Hal yang menarik, mengesankan, mengagumkan, dan mengharukan yang dialami tokoh juga diuraikan dalam bagian peristiwa. Sementara itu, reorientasi berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan. Reorientasi bersifat opsional, boleh ada, boleh juga tidak ada.

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa teks Biografi adalah teks yang berisikan tentang kisah riwayat hidup seseorang. Ciri-ciri teks biografi antara lain memuat informasi berdasarkan fakta (faktual) dalam bentuk narasi. Faktualnya berdasarkan pengalaman hidup seseorang yang patut diteladani. Beberapa contoh biografi antara lain biografi tokoh-tokoh nasional Indonesia, satu diantaranya adalah Ki Hajar Dewantara seperti di bawah ini.
 Struktur teks biografi terdiri dari orientasi Stuktur teks biografi
Struktur TeksKalimat
OrientasiNama kecil Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Meskipun demikian, ia sangat sederhana dan ingin dekat dengan rakyatnya. Ketika berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Tujuannya berganti nama adalah agar ia dapat bebas dekat dengan rakyatnya.
Peristiwa dan MasalahPerjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan dan pengabdian pada kepentingan bangsa dan negaranya. Ki Hajar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera). Setelah itu, Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Ki Hajar Dewantra juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo. Pada tanggal 25 Desember 1912, ia mendirikan Indische Partij bersama dengan Douwes Dekker, dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo. Organisasi ini ditolak oleh pemerintahan Belanda karena dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Semangat Ki Hajar Dewantara terus menggebu. Pada bulan November 1913 ia membentuk Komite Bumipoetra. Komite Boemipoetra melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang ingin merayakan seratus tahun kebebasan Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya. Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukum buang (internering) ke Pulau Bangka tanpa proses pengadilan. Kemudian, ia dibuang ke Negara Belanda bersama kedua rekannya dan kembali ke tanah air pada tahun 1918 setelah memperoleh Europeesche Akte.

Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya mendirikan perguruan yang bercorak nasional, yaitu Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa). Ki Hajar Dewantara berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Ki Hajar Dewantara tidak hanya dianggap sebagai tokoh dan pahlawan pendidikan yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional melalui surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta. Untuk melestarikan nilai dan semangat perjuangannya, penerus Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta.
ReorientasiSebagai pahlawan yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia, semangat dan jasa Ki Hajar Dewantara sepantasnya dikenang dan tidak dilupakan. Semoga apa yang dilakukannya itu dapat menginspirasi rakyat Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.